Lebak, 9 September 2025 –
Proyek rehabilitasi jaringan irigasi senilai Rp436,47 juta di Desa Sukanagera, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, tengah menjadi sorotan tajam. Diduga pekerjaan dilakukan tanpa penggalian pondasi yang sesuai standar teknis konstruksi, sehingga dikhawatirkan berpotensi merusak kualitas dan daya tahan proyek.
Pantauan langsung di lokasi menunjukkan bahwa pasangan batu hanya ditumpuk di atas tanah tanpa pondasi yang digali terlebih dahulu. Kondisi ini bertentangan dengan prosedur konstruksi yang berlaku dan berisiko membuat struktur mudah runtuh akibat erosi maupun tekanan air.
Padahal, proyek yang merupakan bagian dari paket Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI. Cirangpang seluas 80 hektar tersebut sangat vital bagi para petani setempat. Jika pelaksanaannya asal-asalan, maka manfaat jangka panjang bagi masyarakat dipastikan tidak akan tercapai, bahkan berpotensi menimbulkan kerugian negara.
“Ini proyek pemerintah dengan nilai besar. Tapi kalau dibangun tanpa pondasi, bagaimana kualitasnya? Jangan sampai uang rakyat terbuang percuma hanya karena pengerjaan tidak sesuai aturan,” ucap seorang warga dengan nada kecewa.
Proyek yang dikerjakan oleh CV Salam Mahaka Karya ini mulai berjalan sejak 16 Juli 2025 dengan waktu pelaksanaan 60 hari kalender. Namun indikasi pelanggaran teknis muncul di tengah proses pembangunan, yang membuka peluang terjadinya penyimpangan serius.
Aktivis anti-korupsi di Lebak pun mendesak aparat penegak hukum, seperti Kejaksaan dan Polres Lebak, untuk segera mengawasi dan menindaklanjuti dugaan penyimpangan ini. Mereka menilai, pengawasan ketat sangat penting agar proyek infrastruktur publik tidak menjadi ajang pemborosan dan korupsi.
Sampai berita ini diterbitkan, baik pihak kontraktor maupun Dinas PUPR Kabupaten Lebak belum memberikan klarifikasi resmi terkait dugaan pelaksanaan proyek tanpa pondasi tersebut.
Editor : Hkz
