Batam – Di tengah geliat pembangunan Kota Batam yang kian pesat, ada satu sudut yang menjadi simbol denyut nadi ekonomi masyarakat: Pasar Jodoh. Kini, kawasan yang sejak lama dikenal sebagai pusat aktivitas perdagangan rakyat itu bersiap bertransformasi menjadi Pasar Induk Jodoh – sebuah pusat ekonomi kerakyatan yang tertib, modern, dan manusiawi.
Pembangunan pasar ini bukan sekadar rutinitas proyek infrastruktur. Di baliknya, terdapat visi besar dari pasangan pemimpin Kota Batam: Wali Kota Amsakar Achmad dan Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra. Mereka menjadikan revitalisasi Pasar Induk Jodoh sebagai bagian dari 15 Program Prioritas yang digagas untuk membenahi wajah kota dan menata ulang denyut ekonomi rakyat dari akarnya.
“Pasar adalah jantung ekonomi masyarakat. Jika tertata baik, ia bukan hanya mendatangkan penghasilan bagi pedagang, tapi juga menciptakan ketertiban sosial dan ruang interaksi yang sehat bagi warga,” ujar Wali Kota Amsakar, dalam salah satu kesempatan meninjau proyek tersebut.
Dari Kumuh ke Teratur: Mimpi yang Lama Dinanti
Bagi warga Batam, terutama para pedagang kecil, kabar pembangunan Pasar Induk Jodoh menjadi harapan yang telah lama dinanti. Pasar ini dirancang bukan hanya sebagai tempat jual beli, melainkan sebagai simbol peradaban ekonomi rakyat yang setara dengan pusat-pusat komersial modern.
Tata ruang pasar dirancang dengan sirkulasi udara yang baik, jalur evakuasi yang jelas, sanitasi memadai, area parkir yang luas, hingga fasilitas pendukung seperti ruang laktasi, pos kesehatan, tempat ibadah, dan area UMKM.
“Kita ingin menciptakan pasar yang tidak lagi diasosiasikan dengan becek, semrawut, atau kumuh. Tapi justru menjadi ruang yang nyaman, ramah keluarga, dan membanggakan,” tambah Amsakar.
Pasar yang Peduli Lingkungan dan Sosial
Tak berhenti di aspek fisik, Pasar Induk Jodoh juga akan menerapkan pengelolaan sampah dan limbah berbasis lingkungan, dengan sistem drainase modern dan pemisahan sampah organik-nonorganik yang terintegrasi. Pemko Batam juga menggandeng Dinas Lingkungan Hidup dan berbagai komunitas untuk memastikan pasar ini tidak menjadi sumber pencemaran, tetapi justru menjadi percontohan kawasan ekonomi berwawasan lingkungan.
Sementara itu, untuk mendorong keseimbangan sosial, Pemko Batam berkomitmen memberi ruang prioritas kepada para pedagang lama dan pelaku usaha mikro agar tidak tergusur oleh arus investasi besar.
“Kami tidak ingin ada ketimpangan dalam pembangunan. Pasar ini harus tetap jadi milik rakyat kecil, bukan hanya para pemodal besar. Semua harus tumbuh bersama,” tegas Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra.
Claudia juga menyebut bahwa kehadiran Pasar Induk Jodoh harus dimaknai sebagai peluang regenerasi pelaku usaha tradisional, agar anak muda juga tertarik menekuni sektor ini dalam balutan gaya dan teknologi yang lebih modern.
Revitalisasi yang Berdampak Jangka Panjang
Keberadaan Pasar Induk Jodoh ke depan diproyeksikan menjadi sentra distribusi bahan pokok dan logistik bagi pasar-pasar satelit di seluruh kecamatan. Artinya, dampaknya tidak hanya dirasakan di kawasan Jodoh, tetapi juga menyebar ke seluruh penjuru Batam.
Di tengah tantangan urbanisasi dan tekanan harga lahan, Pemko Batam tetap teguh mempertahankan prinsip bahwa pembangunan tidak boleh melupakan rakyat di lapisan bawah.
“Pembangunan harus inklusif. Kita tidak bisa bicara ekonomi maju kalau rakyat kecil masih tertinggal,” ujar Amsakar, menegaskan filosofi kebijakan kotanya.
Dari Jodoh, untuk Batam yang Lebih Adil dan Seimbang
Pasar Induk Jodoh adalah cerminan keberanian Kota Batam untuk berbenah dari dalam. Ia bukan sekadar ruang dagang, melainkan cerminan keadilan ekonomi, ketertiban kota, dan kemajuan sosial yang dirancang dengan hati.
Dengan sentuhan kepemimpinan Amsakar dan Claudia, pasar ini akan menjadi wajah baru Batam – kota yang membangun dari bawah, tanpa melupakan siapa yang paling membutuhkan.(**)
Kontributor Kota Batam : Sebastin Un Koes
( Sumber/Photo : Media Center Kota Batam)