(PHOTO : Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran)
Malaka – Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran, menegaskan bahwa filosofi perjuangan bangsa Indonesia tidak boleh disalahartikan dalam praktik perlombaan perayaan HUT Kemerdekaan RI. Menurutnya, semangat kemerdekaan harus ditanamkan melalui kerja sama dan gotong royong, bukan dengan saling menjatuhkan demi meraih hadiah.
“Ketika orang sudah naik ke puncak, tidak boleh ada yang menarik turun. Itu bentuk penjajahan dalam arti lain. Semangat yang harus dibangun adalah kerja sama,” tegas Bupati SBS.
Ia menyoroti perlombaan panjat pinang yang rutin digelar setiap tahun. Menurutnya, lomba ini kerap menampilkan persaingan yang justru mendorong peserta saling menjatuhkan. Hal ini, kata SBS, tidak sesuai dengan budaya Indonesia, khususnya budaya Malaka yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
“Panjat pinang untuk hadiah perorangan tidak boleh lagi dilakukan di Malaka. Jika mau dilaksanakan, harus dengan konsep tim, dengan penetapan waktu yang jelas, sehingga semua peserta bekerja sama untuk mencapai tujuan. Itu baru benar-benar mencerminkan nilai perjuangan,” ujar Bupati Perdana Malaka ini.
Lebih lanjut, SBS menekankan bahwa spirit kemerdekaan yang diperingati setiap tahun seharusnya menjadi momentum edukasi bagi masyarakat. Setiap kegiatan harus dimaknai sebagai upaya membangun persatuan, kekompakan, dan semangat mengisi kemerdekaan dengan kerja sama, bukan kompetisi yang menyesatkan.
“Lomba panjat pinang harus dievaluasi, agar tidak menimbulkan pemahaman keliru di tengah rakyat. Yang perlu diwariskan kepada generasi muda adalah makna kemerdekaan sebagai hasil perjuangan bersama, bukan hasil menjatuhkan satu sama lain,” pungkasnya.**
Editor : boni atolan