Memasuki usia 40 tahun, Flobamora Bali bukan sekadar sebuah organisasi diaspora biasa. Ia telah menjadi jembatan penting yang menghubungkan saudara-saudari asal Nusa Tenggara Timur (NTT) di tanah rantau Bali, sekaligus menjadi sumber inspirasi untuk terus berkarya dan berkontribusi nyata bagi daerah asal.
Empat dekade bukanlah waktu yang singkat. Dalam perjalanan panjang itu, Flobamora Bali telah melewati berbagai dinamika dan tantangan, namun semangat persatuan dan pengabdian untuk NTT tetap menyala kuat. Di momentum istimewa ini, kita diajak untuk merenungkan peran strategis diaspora Bali, terutama warga NTT, dalam mempercepat pembangunan dan kemajuan provinsi yang kita cintai.
Diaspora bukan hanya sekadar kumpulan orang-orang yang tinggal di luar daerah asal. Mereka adalah aset berharga yang mampu menjadi agen perubahan. Dengan keterampilan, pengalaman, dan jaringan yang mereka bangun di perantauan, diaspora memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan di NTT sesuai kapasitas masing-masing. Baik melalui transfer ilmu, investasi, advokasi kebijakan, maupun kegiatan sosial budaya, kontribusi diaspora sangat dibutuhkan.
Flobamora Bali, sebagai payung besar warga NTT di Bali, harus mampu mengoptimalkan peran ini. Organisasi ini harus menjadi rumah bagi produktivitas yang tidak hanya memenuhi kebutuhan anggota, tapi juga memberikan perhatian serius terhadap persoalan yang dihadapi diaspora di tanah rantau. Menjawab kebutuhan itu akan mendorong anggota untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas diri, sehingga mereka dapat bersaing dan berdaya secara nasional.
Lebih dari itu, Flobamora Bali perlu menggugah kesadaran bersama bahwa setiap langkah kecil di tanah rantau dapat bermakna besar bagi kemajuan NTT. Melalui sinergi yang baik antara diaspora dan pemerintah daerah, kita bisa membuka lebih banyak ruang kolaborasi, seperti pengembangan usaha ekonomi kreatif, pendidikan, kesehatan, hingga pemanfaatan teknologi informasi.
Dalam konteks ini, dukungan konkret bagi pembangunan NTT harus menjadi komitmen bersama. Diaspora harus dipandang sebagai mitra strategis pembangunan, bukan sekadar komunitas sosial. Oleh karenanya, Flobamora Bali hendaknya terus mengokohkan jaringan dan meningkatkan sinergi dengan pemangku kepentingan di NTT, baik pemerintah, swasta, maupun organisasi masyarakat sipil.
Peringatan HUT ke-40 ini adalah momentum refleksi dan pembaruan tekad. Mari jadikan Flobamora Bali bukan hanya sebagai tempat berkumpul, tapi sebagai pusat kreativitas dan kontribusi nyata. Diaspora Bali khususnya NTT harus tampil sebagai pelaku utama yang produktif, adaptif, dan responsif terhadap perkembangan zaman.
Dengan semangat kebersamaan dan komitmen kuat, kita bisa memastikan bahwa diaspora Bali tidak hanya bertahan di tanah rantau, tetapi juga mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi provinsi tercinta, Nusa Tenggara Timur.**